Laman

Senin, 04 Juni 2018

Finish My Destiny




Sunset comes to finish a day.

When I stayed in my quiet time, remembered for what had I done for the whole day, I felt that I still did a little to fulfill my destiny.

I want to sing just like Matt Redman 10000 reasons.

Will I say, it is finished, when my time has come?

I’ve drowned in my routine so I forgot my first calling.

And gladly, as the night come and go, I still have the chance to go back to the race.
Thanks to Christ Jesus who never stop loving and caring for me.

“supaya orang tahu dari terbitnya matahari sampai terbenamnya, bahwa tidak ada yang lain di luar Aku. Akulah Tuhan dan tidak ada yang lain,”
‭‭Yesaya‬ ‭45:6‬ ‭TB‬‬
http://bible.com/306/isa.45.6.tb

Senin, 22 Januari 2018

Never Too Late

Kita pasti sering mendengar kata - kata, jangan menyerah, pertolongan Tuhan tidak pernah terlambat.
Kita tahu hal itu benar, dan sayangnya, seringkali, kita gagal percaya. 

Dua hari yang lalu, sahabat kami mengeluh nyeri dada kirinya. Sebagai dokter, pikiran saya langsung tertuju pada kegawatan pertama, jantung. 
Saya ke rumahnya, dan memberikan pertolongan pertama. Keluhan berkurang. Saya beri perlengkapan tensimeter, obat, dan pesan kalau sakit tidak berkurang harus segera ke UGD. 

Sahabat saya akhirnya sungguh terdiagnosa serangan jantung (acute myocard infark), dan harus segera masuk ICCU. 

Saya tidak tahan untuk tidak membagikan cerita di balik semua ini. 

Tahun kemarin, saya dapat info, bahwa saya bisa dapat jatah untuk seminar di Korea, pas di tanggal kemarin ini. Tetapi karena teman sejawat saya lebih memerlukan, akhirnya beliau yang menggantikan posisi saya. 

Dua hari yang lalu, saya, suami dan anak saya sebenarnya hendak pergi ke mall. Hati saya merasa tidak nyaman, teman saya masih nyeri dadanya, tetapi belum mau ke RS. Hati kecil saya berkata, mungkin mampir sebentar bolehlah. Tetapi tidak saya utarakan ke suami, karena anak saya ingin pergi jalan - jalan. 
Saat keluar dari rumah, suami saya tiba - tiba mengajak untuk mampir ke rumah teman kami, yang akhirnya bersedia kami antar ke RS. Anak saya pun bersedia pulang, tanpa rewel karena acaranya batal. 

Tuhan itu ajaib loh. Saya mau bersaksi tentang hal ini. Apa jadinya, kalau saya dulu egois, karena saya senang belajar, saya pergi ke Korea ?? Hari ini mungkin, mungkin ya, saya tidak menjadi perpanjangan tangan Tuhan untuk menolong teman saya. Teman saya sih pasti tetap tertolong kalau Tuhan berkehendak. 

Apa jadinya kalau saya tidak mengikuti tuntunan suara hati untuk "ngotot" mengajak teman saya ke RS ? Yang paham medis, tentunya tahu apa jadinya kalau acute myocard infark tidak segera tertangani. 

Saya begitu terharu mengetahui bahwa Tuhan itu punya rencana, yang tidak terlihat oleh mata kita, tetapi rancangan-Nya selalu yang terbaik. 

By the way, ini bukan karena saya pintar ya, semua dokter yang melihat kondisi teman saya juga pasti akan bereaksi sama. 

Tuhan itu amazing banget  ! Ia yang menempatkan orang yang tepat di waktu yang tepat, di tempat yang tepat. Kalau anda bisa membayangkan situasi saya, anda pasti akan ikut terharu bersama saya, bahwa Tuhan itu ga pernah terlambat. 

#selfreminder

Senin, 04 Desember 2017

Menunggangi Ombak





Di sebuah kesempatan saya mengamati para surfer. Mereka menunggu ombak tinggi datang, bersiap, dan ketika ombak itu datang, mereka segera menaiki papan selancarnya dan menikmati berlenggak lenggok di atas ombak, sampai ombak mencapai bibir pantai dan mereka turun dari papannya. Kemudian, mereka kembali berenang menuju titik awal mereka menunggu.

Saya membayangkan apa yang mereka rasakan saat mereka “menunggangi” ombak. Adrenalin terpacu, rasa excited, sembari menjaga keseimbangan tubuh agar tidak terjatuh. Sinar matahari yang membakar kulit tak terasa lagi karena seluruh energi dicurahkan untuk kegiatan yang menyenangkan.

Saya menganalogikannya dengan kehidupan. Ketika kita bersiap untuk “menunggangi” kehidupan, mengambil kesempatan yang terlihat, untuk mencapai tujuan tertentu.

Pertama, tahukah kemana tujuan kita ? Tidak semua orang tahu, atau tahu tetapi tak yakin, atau bahkan meyakini ketidaktahuan.

Kedua, saat kita merasa excited berliuk diatas ombak kehidupan, apakah kita takut? Ataukah terpacu semangat kita? Atau ragu, benarkah ini ombak yang tepat yang membawa kita ke tujuan kita? Atau pasrah pada si ombak, kemanapun ia membawa kita?

Ketiga, saat kita menghadapi ombak, yang tersisa hanyalah papan luncur yang melekat di kaki kita, yang begitu kita percayai sebagai penyambung kaki kita bermain di atas ombak. Apakah kita merawat papan luncur kita dengan baik ?

Keempat, saat kita terjatuh dalam ombak kehidupan, apakah akan selalu ada kesempatan untuk kembali?

Seluruh perenungan saya akan memberi jawaban berbeda bagi tiap orang.

“Karena TUHAN lah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian.”
‭‭Amsal‬ ‭2:6‬ ‭TB‬‬
http://bible.com/306/pro.2.6.tb