Saat saya memasukkan benang jahit ke kepala jarum untuk memperbaiki bagian celana yang robek, saya belajar satu hal. Ternyata untuk memasukkan jarum ini, gampang - gampang susah. Gampang, karena jelas benangnya lebih kecil dari si lubang jarum. Susah, bagi yang memiliki tangan tremor atau penglihatan jarak dekat yang mulai terganggu.
Teringat masa kecil saya bersama nenek. Nenek sering menyuruh saya memasukkan benang ke lubang jarum, baik mesin jahit maupun jarum jahit karena nenek saya kesulitan dengan penglihatan jarak dekatnya, meskipun sudah berkacamata. Bagi saya, sungguh perkara sepele, yang kadang saya lupa bersyukur kalau Tuhan masih memberi penglihatan yang jelas bagi saya.
Di tengah pekerjaan saya, di mana saya sering berhubungan dengan orang, baik itu partner kerja, bawahan, atasan, customer, ataupun rekanan, saya sering menganggap bahwa orang lain sudah tahu maksud saya. Terkadang tidak habis pikir mengapa orang lain berpikir sulit sedangkan maksud saya begitu sederhana - versi saya tentunya.
Dan juga sebaliknya, kadang ada hal - hal yang bagi saya sulit, sedangkan bagi orang lain hal tersebut mudah saja. Suami saya sangat pandai menyanyi, dengan suara bagus, sedangkan bagi saya menyanyi memerlukan usaha keras sampai leher serasa ditarik - tarik, dan tetap hasilnya kurang bagus.
Saya jadi belajar, bahwa untuk membuat maksud saya dipahami orang lain, saya tidak dapat menyamakan cara berpikir orang tersebut dengan saya, tetapi saya harus belajar memahami cara menyampaikan yang benar agar orang tersebut memahami maksud saya. Seperti halnya tingkat kesulitan memasukkan benang ke lubang jarum.
Seni berkomunikasi merupakan seni yang rumit tetapi menyenangkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar