Kesibukan mendera, persiapan menghadapi ujian, semua seakan meredam hasrat menulis. Tetapi rindu terhadap tuts keyboard yang membuat jari jemari seperti menari dan menyalurkan inspirasi, ternyata lebih kuat.
Betapapun berjubel ide di kepala untuk membuat tulisan, dari fiksi dan non fiksi, tetapi semuanya harus tertunda oleh karena ada hal lain lebih menyita waktu dan lebih penting. Di sini sebetulnya muncul pertanyaan, apakah jalan yang ditempuh sudah tepat ? Mengapa ada kerinduan lain yang lebih kuat mendesak seakan hendak merobohkan prioritas lainnya ?
Pertanyaan retorik yang tidak perlu dijawab. Yang terpenting, semoga segera dapat menuangkan isi hati lagi dengan lebih tertata tanpa emosi meledak - ledak karena meredam rasa.
Omong kosong penulis amatir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar