Pilpres kali ini sungguh sangat fenomenal. Sebagai salah satu warga negara Indonesia, saya tergelitik untuk mengungkapkan isi hati saya tentang hal ini.
Saya akui, saya termasuk pendukung partai GOLPUT bertahun - tahun. Saya menggunakan hak pilih hanya karena merasa saya wajib melakukan hal itu, bukan dari hati saya. Karena hati saya ikut aliran partai tersebut, apatis terhadap berbagai janji dan pesimis akan perubahan positif bagi bangsa ini.
Tapi kali ini, saya tidak ragu lagi menempatkan pilihan saya pada salah satu capres. Mungkin karena saya telah melihat kinerjanya di kota asal saya. Mungkin karena saya melihatnya sebagai sosok yang mau bekerja, entah berhasil atau tidak, Tuhan yang menentukan. Dan tentu saja Tuhan tidak pernah meninggalkan orang - orang baik yang sungguh takut akan Tuhan.
Tidak bisa dipungkiri, untuk profesi saya, pilihan saya kali ini belum tentu menguntungkan. Tapi saya harus melihat dari aspek yang lebih luas. Kepentingan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan. Bagi sebagian profesional yang bergerak di bidang yang sama dengan saya, kebijakan kesehatan gratis itu sungguh menyakitkan, karena tenaga medis pun adalah warga negara yang memiliki kebutuhan dan keluarga yang harus dicukupi. Apalagi dengan bayangan partai di belakangnya, ada sosok yang bagi kami, cukup menakutkan bila terpilih sebagai menkes (wacana blackcampaign ? saya kurang tahu. Tapi ini sempat jadi momok).
Pengalaman capres ini mungkin belum terlalu lama di bidang politik. Tetapi papa saya adalah tetangga di depan showroom mebelnya di desa Kalioso, bertahun - tahun silam saat saya masih SD. Dan papa saya tidak punya cerita jelek tentang beliau.
Mudah - mudahan ini bukan sekedar euforia politik. Kami seluruh rakyat Indonesia pasti akan tetap mendukung siapapun Presiden Indonesia nantinya, karena pemerintah adalah wakil Tuhan untuk memelihara rakyat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar