Laman

Rabu, 22 Juni 2011

Nilai Ambang

Berbicara tentang Nilai Ambang, mungkin beberapa orang memiliki definisinya masing - masing. Dalam hal nilai ambang nyeri, kita berbicara tentang ukuran dimana seseorang mulai merasakan timbulnya sensasi rasa nyeri setelah waktu tertentu atau setelah mengalami stress dengan kekuatan tertentu. 

Nilai ambang bersifat individual, tidak dapat disamaratakan untuk semua orang. Suami saya tidak masalah memegang panci panas untuk beberapa detik, tetapi saya langsung melempar panci tersebut karena tidak tahan dengan panasnya.

Demikian pula nilai ambang kepekaan kita terhadap sesama. Berhenti di lampu merah yang padat, lebih lama lampu merah daripada hijaunya, menyebabkan saya harus melewatkan beberapa pergantian warna lampu sebelum dapat melaluinya. Menarik diperhatikan, di perempatan yang sama, pagi hari ada penjual koran yang menawarkan koran harian, ada pula pengamen muda yang masih kuat bekerja, semestinya (atau ya memang mengamen itu pekerjaannya yah ?). Saat sore hari pulang bekerja, saya harus melewati perempatan yang sama. Saat ini yang ada anak jalanan yang lebih muda, barangkali sekitar usia 15 tahun. Mereka membawa gitar kecil dengan rambut di semir warna warni, bertingkah "sok gagah" kalau menurut pemandangan saya. Mengamen untuk mencari sesuap nasi ataukah untuk hal - hal yang tidak bermanfaat ? Saya tidak tahu, dan saya belum mencari informasi untuk itu.

Saat agak sorean pulang, ternyata yang ada di perempatan itu adalah anak kecil, sekitar usia 8 tahun. Mereka tidak menyanyi, tetapi meminta - minta. Apakah ada jaringan khusus yang memberdayakan anak tersebut ? Ataukah memang anak itu "bekerja" untuk sekolah dan makan ? Saya juga belum tahu. 

Terus apa hubungannya nilai ambang dengan semua yang saya ceritakan tadi ? Saya membaca dan mendengar berita tentang korupsi, perebutan kursi wakil rakyat, program - program pemerintah yang serasa kurang menyentuh rakyat bawah, bahkan terakhir, tiadanya seorang TKW di negeri orang karena hukuman mati. Sungguh, saya tidak tahu apa yang terjadi dengan hati nurani mereka, yang sebenarnya dengan posisinya seharusnya memperjuangkan kepentingan rakyat banyak. Bagaimana dengan nilai ambang kepekaannya ? 

Dan bagaimana dengan nilai ambang kepekaan saya sendiri ? Should to do something, but do not know how to do.

Tidak ada komentar: