Berbicara tentang pelayanan, saya mengamati sering terjadi pro dan kontra. Sebagai dokter, tugas saya melayani kesehatan masyarakat.Pegawai negeri disebut sebagai abdi negara. Pendeta disebut pelayan Tuhan. Di dalam gereja juga sering disebut kata pelayanan, di mana kita melakukan sesuatu sesuai dengan talenta kita untuk kemuliaan Tuhan. Di RS tempat saya dulu pernah bekerja juga disebutkan tentang pelayanan sebagai seorang dokter, bukan sebagai dokter bisnis.
Bagi saya, seorang dikatakan sedang melayani bila ia mengerjakan apapun tugasnya dengan sepenuh hati, untuk kepentingan yang lebih tinggi atau kepentingan yang lebih besar. Dan bicara tentang melayani tentu sangat berkaitan dengan hati. Tidak ada orang yang dapat melayani dengan hati terpaksa. Bila melayani di bawah tekanan atau paksaan, seringkali yang timbul adalah rasa diperbudak.
Ada berbagai motivasi salah dari seseorang yang melayani. Pertama, ingin mencari hormat untuk dirinya sendiri. Dengan melayani lebih banyak, ia berharap orang lain menghargai jasanya dan menghormatinya sebagai seseorang yang "baik". Upahnya adalah penilaian orang lain.
Kedua, motivasi terpaksa. Di sini mungkin yang bersangkutan sebenarnya tidak ingin melakukan pelayanan yang sekarang dikerjakannya, tetapi karena tuntutan orang - orang yang dekat dengannya (baca : keluarga, teman dekat), maka ia melakukan pelayanannya. Hatinya yang terpaksa membuat pelayanan yang dikerjakannya menjadi hambar.
Ketiga, kewajiban. Sebenarnya mungkin tidak ada yang mewajibkannya melayani, tetapi karena orang ini satu - satunya orang yang mampu di lingkungannya, maka tidak bisa tidak, dia harus melayani hal tersebut. Misalnya satu - satunya tenaga medis di sebuah bakti sosial, karena di lingkungan sosialnya hanya dia tenaga medisnya.
Motivasi lainnya mungkin ada lagi, akan saya tuliskan di catatan saya yang lainnya supaya tidak terlalu panjang.
Tetapi berbagai motivasi yang salah ini seringkali tidak menjadi berkat bagi orang lain, dan menjadi beban bagi diri sendiri. Bagi orang yang memaksa orang lain untuk melayani bukan dengan hati, sungguh kasihan karena ia ikut menjerumuskan orang tersebut ke dalam jurang kehambaran.
Pelayanan adalah masalah hati dan panggilan, bukan paksaan dan kewajiban.
refleksi seorang pelayan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar