Beberapa waktu belakangan ini kita dihujani informasi berbagai penyakit yang "aneh dan langka" yang terjadi di masyarakat. Guillain Barre Syndrome di Jakarta yang menghabiskan biaya "ajaib" (saya merasakannya pada mama saya), Diabetes type 1 yang disiarkan di salah satu televisi swasta hari ini ( 9 September), hipertensi pada anak, infeksi E. Coli dan sebagainya.
Salah satu senior saya sewaktu bekerja di RS dahulu terkena penyakit Limphoma Maligna, penyakit kanker ganas yang menyerang kelenjar getah bening. Beliau adalah dokter bedah yang bertangan "dingin", dan saat ini harus mengalami operasi untuk mengambil tumor di perutnya serta kemoterapi yang sungguh menyakitkan. Dan karena beliau adalah seorang dokter yang mengerti obat, sangat selektif memilih obat untuk mengatasi keluhannya. Nafsu makan menurun, tetapi tetap tidak mau makan. Sehingga kondisi cepat sekali menjadi turun. Belum lagi tinggal di ICU yang menyebabkannya terisolasi dari orang - orang yang dikasihi.
Seorang rekan kerja saya juga akan menjalani operasi tumor di kepala. Tumor jinak, hanya lokasinya sulit. Keluhannya sederhana saja, sering pusing dan nggliyeng (bingung nih bagaimana menerjemahkan keluhan yang satu ini ke bahasa Indonesia). Karena letaknya yang sulit, operasi yang dilakukan oleh ahli bedah syaraf ini diperkirakan akan berlangsung sekitar 8 jam.
Banyak cerita yang membuktikan bahwa dokter juga manusia, yang bisa sakit, yang memiliki emosi, rasa gentar dan keterbatasan. Seringkali masyarakat menuntut agar dokter menjadi super hero. Dan sebaliknya, dokter sendiri merasa sebagai super hero. Seringkali gaya hidup sehat tidak menjadi gaya hidup seorang dokter (saya juga perlu banyak belajar tentang ini).
Anyway, omong kosong ini hanya ingin mengungkapkan isi hati saya, bahwa manusia di balik topeng kesuperan yang ada, tetaplah manusia yang terbatas. Ada kuasa yang lebih besar dari kehebatan manusia, yaitu kuasa Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar