Berbagai proses kehidupan dapat merubah karakter seseorang. Tidak jarang lingkungan lebih berpengaruh dibandingkan karakter dasar yang dimiliki seseorang. Pembunuhan hati nurani menjadi hal biasa, bahkan "wajib" dilakukan di jaman yang semakin gila ini.
Saya mengikuti berita politik yang heboh terakhir ini mengenai kasus suap yang dilakukan oleh oknum partai politik yang berkuasa. Banyak komentar muncul yang berasal dari teman lama oknum ini, yang menyatakan tidak percaya bahwa si oknum adalah sungguh pelaku kejahatan masyarakat ini. Dikatakan orangnya taat beribadah, saleh, jujur.
Saya tidak tahu kebenaran sesungguhnya dan tidak ingin membahas siapa benar siapa salah. Tetapi hal ini menunjukkan bahwa kekuasaan dan harta di depan mata dapat mengubah karakter orang. Ada sharing dari seorang teman tentang seorang tukang tambal ban yang berjuang gigih akhirnya menjadi pengusaha, tetapi ternyata usahanya akhirnya gagal karena adanya wanita idaman lain. Ujian karakter ternyata bukan hanya lewat kesusahan, tetapi juga kemakmuran.
Saya sendiri melakukan kilas balik kehidupan saya. Saya berada di sebuah titik yang bisa dikatakan aman karena taraf hidup yang lebih nyaman saat ini. Tetapi ternyata hal ini mengusik hati kecil saya, yang mengajak saya keluar dari kenyamanan ini. Kemana seorang chandra yang menyukai tantangan dan berusaha untuk terus hidup bergantung kepada Tuhan ? Kemana chandra yang suka berkeliaran di antara pasien, untuk memotivasi dan follow up kondisi mereka ? (yang jelas memang pekerjaan saya sekarang bukan di antara pasien rawat inap..). Pekerjaan yang lebih ringan membuat saya (menurut saya sendiri) menjadi kurang terasah.
Sebenarnya mungkin bukan masalah jenis pekerjaannya, tetapi lebih dari sikap hati. Tinggal di zona nyaman bukanlah sesuatu yang buruk, hanya saja saya harus belajar mempertajam hati nurani agar dengar - dengaran dengan kehendak Tuhan dalam hidup saya.
*seseorang yang terus berusaha*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar