http://international.okezone.com/read/2014/04/18/413/972257/kronologi-tenggelamnya-kapal-feri-sewol-versi-penumpang
Tragedi kapal tenggelam yang memakan banyak korban kembali terulang. Perjalanan wisata yang berakhir tragis, membuat banyak dari kita sedih meskipun mungkin tidak ada WNI yang menjadi korban. Begitu banyak nyawa melayang, bahkan anak sekolah yang mestinya memiliki masa depan yang masih panjang.
Manusia tidak pernah tahu kapan saatnya dan bagaimana caranya.
Mencermati berbagai pemberitaan, saya tertarik pada pemberitaan Park Ji Young, seorang kru kapal yang masih berusia 22 tahun, berstatus mahasiwa yang bekerja part time untuk membantu perekonomian keluarganya.
http://www.straitstimes.com/news/asia/east-asia/story/south-korea-ferry-disaster-some-heroes-who-risked-their-lives-save-others-
Di masa sekarang ini, sungguh sangat langka idealisme seperti ini. Tetapi saya merinding membayangkan orang yang rela mati demi menyelamatkan orang lain.
Dan sontak saya teringat akan seseorang yang memberikan nyawanya untuk orang lain. Lebih dari 2000 tahun yang lalu di kayu salib, seorang tak berdosa dijadikan berdosa, agar seluruh manusia diselamatkan. Bayangkan, seluruh manusia.
Mungkin sebagian besar orang menganggap, hal ini mustahil. Sebagian yang lain, termasuk saya dahulu, menyatakan mengapa begitu mudah, kita hanya perlu menerima Kristus sebagai Juru Selamat pribadi dan mengakui Yesus adalah Tuhan atas hidup kita.
Tapi teringat film Passion of Christ, jalan salib itu tidaklah mudah. Via Dolorosa. Semua yang harus kita tanggung, ditanggung oleh Yesus.
Itu semua adalah anugerah. Kita sendiri tidak sanggup memikul kengerian itu. Untuk diselamatkan memang mudah, tetapi bukan murahan.
Happy Easter 2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar