Laman

Rabu, 16 November 2011

Bulan Merah Jambu Part Two

dari kotaku kudapati:
purnama telah berlalu, sedikit-sedikit pendar-bundarnya terkikis, tinggal bulan sabit dalam waktu seminggu, dan akan lenyap habis dalam dua minggu, namun akan kembali lagi begitu sebulan sekali dalam siklus waktu,
 
sama seperti mengamati embun pagi di bunga-bunga mekar dan dedaunan pagi hari, kemana pergi saat mentari bersinar mengalun? siang membawanya, senja melupakannya, namun si kecil embun pagi, akan kembali lagi, lagi, dan lagi,  di esok pagi.
 
berhadapan dengan bulan merah jambu, menanya diri jauh ke dalam kalbu, apakah hidup juga hanya sekedar siklus, yang terus berulang setiap kali,  dengan segala paradoks yang menyertai:  lahir untuk mati, bertemu untuk berpisah, tumbuh agar dapat patah, menjauh agar dapat jelas mengamati....
 
di malam kau tiup daun yang kering, makin gelisah aku menanti matahari, dalam rimba kabut pagi, sampai kapankah ku harus tetap menanti?
awan yang hitam tenggelam dalam dekapan, daun yang kering berguguran di pangkuan
 
BADAI PASTAI BERLALU (Eros Djarot, 1978).
 
salam,
YTP

(copas komentar dari sang pujangga).

Tidak ada komentar: