Laman

Selasa, 13 Desember 2011

Pahit Hati

Pernahkah anda merasakan luka hati yang begitu dalam, sehingga pahit sekali rasanya hati ini terhadap sesuatu atau seseorang ? Saya pernah. Beberapa orang yang saya kenal, juga pernah mengalaminya.


Rasa pahit hati dapat timbul karena merasa dikhianati, ditinggalkan, dicampakkan, dimanfaatkan, dihina, dan sebagainya yang tidak semua penyebabnya saya pahami. Bila rasa pahit hati sudah timbul, maka yang ada adalah pikiran negatif. 


Misalkan seorang anak yang ditinggalkan orang tuanya, sehingga tinggal dengan neneknya. Belum tentu si  nenek tidak sayang, bahkan sayang sekali. Bukan berarti pula si cucu tidak sayang pada neneknya, hanya saja ia memiliki rasa tanda tanya besar, "mengapa ditinggalkan ?". Atau seorang anak yang hidup dalam "intimidasi kasih sayang" yang berlebihan, sehingga tidak memiliki pendiriannya sendiri, segala sesuatu diputuskan oleh kedua orang tuanya. Bahkan hobbynya sendiri saja ia tidak tahu, karena baju, mainan, pelajaran, bahkan kuliah, semuanya ditentukan menurut apa yang baik dari kacamata orang tuanya. Hal ini dapat menimbulkan kepahitan hati yang dalam. 


Proses penyembuhan luka batin yang dalam ini membutuhkan waktu yang lama. Butuh waktu bertahun - tahun untuk si anak untuk dapat memahami, bahwa ia ditinggalkan orangtuanya pada neneknya untuk pendidikan yang lebih baik. Bahwa orang tua yang begitu "mengekang" sesungguhnya adalah orang tua yang mungkin kesepian jiwanya, dibesarkan dengan cara yang sama, ataupun mungkin, hanya itu bentuk kasih sayang yang beliau ketahui.


Saya belajar bahwa Kristus lebih dulu mengampuni dosa saya. Tidak ada dosa yang cukup besar yang tidak dapat diampuni - Nya. Ketika saya belajar mengampuni, saya belajar pula untuk mengasihi, karena tidak mungkin saya mengampuni tanpa kasih. Dari situ kasih Kristus terus bertumbuh, bahkan lebih dari yang dapat saya bayangkan. 


Sungguh semuanya karena kemurahan Tuhan, it is so amazing grace. Sola gracia.

Tidak ada komentar: