Laman

Rabu, 22 Februari 2012

Penjilat Atau Kolusi

Saya mempunyai teman yang istimewa. Kebetulan saat ini kami sedang bersama - sama menempuh pendidikan lanjut. Teman istimewa saya ini tampak rajin pada awalnya. Masuk kuliah sampai seminggu penuh. Tetapi pada jadwal pertemuan berikutnya, tidak tampak batang hidungnya. Hanya muncul saat pertemuan sebelum ujian, itupun karena perlu bahan ujian dan simpati teman - twmannya. Saat menjelang ujian juga begitu baiknya membawakan makanan khas daerahnya yang sudah terkenal di Indonesia. Juga dosen - dosen serta petugas kantor tidak luput jatah " upeti ". Dan sekarang, saat berganti semester, terulang kembali pola yang sama. Tentu saja saya tidak bisa berpikir bahwa teman saya sudah bertobat saat kuliah terakhir.

Sekalipun saya tahu bahwa dunia ini penuh dengan kebusukan, saya tidak bisa menerima kenyataan bahwa di sekeliling saya ada orang - orang yang seperti itu. Membawa "oleh - oleh" untuk melunakkan hati empunya wewenang. Dan bagi saya, melihat para berwenang yang tidak menyadari sedang digiring untuk berbelaskasihan, membuat saya berpikir bahwa dunia pendidikan yang idealis memang tidak seharusnya dinodai oleh hal - hal yang dapat mengurangi objektivitas.

Ini baru hal kecil. Bayangkan saja, para intelektual yang menghalalkan segala cara, menodai citra ilmuwan yang semestinya objektif, jujur dan idealis, apalagi rakyat yang ada di wilayahnya ? Tidak ada role model yang bisa dicontoh secara tepat. Saya tidak menyalahkan rakyat kecil yang "korupsi kecil - kecilan" karena mereka melihat role model yang biasa melakukan hal yang lebih parah.

Bagaimana sisa orang idealis di negara ini ? Bisakah memberi " bumbu " bagi kebobrokan moral, agar dapat beralih ke arah yang lebih baik ? Bagaimanakah cara merubah rawon agar bisa menjadi soto ?

Hanya omong kosong seorang yang sedang upset dengan ketidakadilan yang akan selalu ada dalam berbagai bentuk.

Tidak ada komentar: