Salah satu tayangan televisi yang akan saya lihat bila saya duduk di depan kotak ajaib itu adalah Kick Andy. Talk show yang menghadirkan fenomena yang tidak diperhatikan orang, tetapi memberi arti bagi banyak orang yang membutuhkan. Sebetulnya saya melewatkan acara ini tadi malam, yang berjudul KETIKA HATI BICARA.
Apa   yang dilakukan para narasumber di Kick Andy memang luar biasa. Di  tengah  keterbatasan fisik dan ekonomi yang melilit, mereka ternyata  masih mau berbagi  kepada orang yang “membutuhkan”. Kejadian yang  terekam kamera pada beberapa episode  program “Tolong” dan “Minta  Tolong” yang ditayangkan SCTV dan RCTI itu  setidaknya bisa membuat  cermin diri kita,   maukah kita memberi pertolongan   kepada orang-orang  yang membutuhkan di sekitar kita.  
Rinto Kanafi misalnya. Pria berusia  43 tahun yang kehilangan kaki  karena kecelakaan itu tiba-tiba dihadapkan kepada  seseorang yang minta  tolong kepadanya. Seorang ‘talent’ yang sudah dipersiapkan  sebelumnya  berpura-pura minta tolong kepadanya untuk mengantarkan kiriman roti   kepada salah seorang pemesan yang sedang berulang tahun. Sang talent  sudah  berupaya mencari “korban”untuk menolong dirinya namun tidak  berhasil, sehingga  tibalah akhirnya bertemu dengan Rinto Kanafi yang  kala itu sedang ada di depan  kios rotan dan warung es kelapa muda.  Setelah sang talent merengek, diluar  dugaan, Rinto Kanafi yang hanya  berkaki satu itu mengantarkan roti pesanan  orang itu dengan biaya  sendiri.
Kisah lainya adalah seorang sopir  angkot yang sedang pusing  memikirkan biaya pengobatan anaknya. Suprihatin,  demikian nama sopir  angkot itu didatangi seorang nenek yang mencoba menjual  ikan asin sisa  untuk membeli beras. Suprihatin ragu-ragu ketika akan menolong  nenek  itu karena ia sendiri juga dalam keadaan susah. Sang Nenek ternyata   pantang menyerah dan  terus ‘mencoba  mengaganggu” Suprihatin untuk  membeli ikan asinya. Ternyata hati Sang Sopir angkot  akhirnya luluh dan  menolong nenek itu membelikan beras sebanyak 10 kilogram.  “Saya tidak  tega melihat nenek  yang  katanya cucunya sudah dua hari tidak makan.  Saya jadi teringat nenek saya  dulu,” ujar Suprihatin memberi alasan  kenapa akhirnya dia mau menolong Sang  Nenek. 
Sementara apa yang dilakukan  Karsimah benar-benar orang tidak  percaya. Karsimah yang baru kehilangan  suaminya akibat meninggal dunia  itu kini berprofesi sebagai penambal ban di  daerah Semarang,  Jawa  Tengah. Ia berprofesi sebagai penambal ban karena terpaksa menggantikan   suaminya untuk mencari nafkah. Ketika sedang menunggu pelanggan,  tiba-tiba  datang seorang nenek yang pura-pura tersesat dan minta tolong  dirinya untuk mengantar  ke Salatiga. Karsimah tertegun sejenak melihat  Sang Nenek yang katanya mengaku  sudah  dua hari berusaha minta tolong   kepada beberapa orang tapi tak satu pun yang bersedia menolong. Walau  agak  ragu-ragu, Karsimah kemudian menutup kios tambal ban nya dan  segera menggandeng  nenek dan menumpang bus  ke jurusan  Salatiga.
Walau cerita di atas adalah sebuah program variety  show untuk  tontonan di salah satu acara televisi. Namun setidaknya tontonan  yang  dibuat Rumah Produksi Dreamlight itu bisa menjadi pengasah jiwa kita.   Ternyata berdasarkan pengalaman para kru di lapangan, justru orang dari   kalangan bawahlah yang ringan tangan membantu kepada orang yang  membutuhkan.  Mereka tanpa banyak pertimbangan langsung memberi bantuan.  Kejadian itu sangat  bertolak belakang dengan kalangan orang mampu dan  kalangan atas yang kebanyakan  selalu curiga dan individualistis. 
http://www.kickandy.com/theshow/1/1/2171/read/KETIKA-HATI-BICARA- 
Sebuah teguran mengenai kemunafikan saya. Seringkali saya mengatakan ingin menjadi dokter yang penolong, yang selalu siap mendengarkan keluhan pasien, ingin berbuat banyak bagi orang banyak. Tetapi pada kenyataannya, ketika saya dililit rasa capek, mengasihani diri sendiri, akhirnya fokus kembali pada ego. 
Sungguh harus banyak belajar dari orang yang dianggap "kalangan bawah".  
 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar