Laman

Sabtu, 17 September 2011

KETIKA HATI BICARA

Salah satu tayangan televisi yang akan saya lihat bila saya duduk di depan kotak ajaib itu adalah Kick Andy. Talk show yang menghadirkan fenomena yang tidak diperhatikan orang, tetapi memberi arti bagi banyak orang yang membutuhkan. Sebetulnya saya melewatkan acara ini tadi malam, yang berjudul KETIKA HATI BICARA.

Apa  yang dilakukan para narasumber di Kick Andy memang luar biasa. Di tengah keterbatasan fisik dan ekonomi yang melilit, mereka ternyata masih mau berbagi kepada orang yang “membutuhkan”. Kejadian yang terekam kamera pada beberapa episode program “Tolong” dan “Minta Tolong” yang ditayangkan SCTV dan RCTI itu setidaknya bisa membuat cermin diri kita,  maukah kita memberi pertolongan  kepada orang-orang yang membutuhkan di sekitar kita.

Rinto Kanafi misalnya. Pria berusia 43 tahun yang kehilangan kaki karena kecelakaan itu tiba-tiba dihadapkan kepada seseorang yang minta tolong kepadanya. Seorang ‘talent’ yang sudah dipersiapkan sebelumnya berpura-pura minta tolong kepadanya untuk mengantarkan kiriman roti kepada salah seorang pemesan yang sedang berulang tahun. Sang talent sudah berupaya mencari “korban”untuk menolong dirinya namun tidak berhasil, sehingga tibalah akhirnya bertemu dengan Rinto Kanafi yang kala itu sedang ada di depan kios rotan dan warung es kelapa muda. Setelah sang talent merengek, diluar dugaan, Rinto Kanafi yang hanya berkaki satu itu mengantarkan roti pesanan orang itu dengan biaya sendiri.
Kisah lainya adalah seorang sopir angkot yang sedang pusing memikirkan biaya pengobatan anaknya. Suprihatin, demikian nama sopir angkot itu didatangi seorang nenek yang mencoba menjual ikan asin sisa untuk membeli beras. Suprihatin ragu-ragu ketika akan menolong nenek itu karena ia sendiri juga dalam keadaan susah. Sang Nenek ternyata pantang menyerah dan  terus ‘mencoba mengaganggu” Suprihatin untuk membeli ikan asinya. Ternyata hati Sang Sopir angkot akhirnya luluh dan menolong nenek itu membelikan beras sebanyak 10 kilogram. “Saya tidak tega melihat nenek  yang katanya cucunya sudah dua hari tidak makan. Saya jadi teringat nenek saya dulu,” ujar Suprihatin memberi alasan kenapa akhirnya dia mau menolong Sang Nenek.
Sementara apa yang dilakukan Karsimah benar-benar orang tidak percaya. Karsimah yang baru kehilangan suaminya akibat meninggal dunia itu kini berprofesi sebagai penambal ban di daerah Semarang, Jawa Tengah. Ia berprofesi sebagai penambal ban karena terpaksa menggantikan suaminya untuk mencari nafkah. Ketika sedang menunggu pelanggan, tiba-tiba datang seorang nenek yang pura-pura tersesat dan minta tolong dirinya untuk mengantar ke Salatiga. Karsimah tertegun sejenak melihat Sang Nenek yang katanya mengaku sudah  dua hari berusaha minta tolong kepada beberapa orang tapi tak satu pun yang bersedia menolong. Walau agak ragu-ragu, Karsimah kemudian menutup kios tambal ban nya dan segera menggandeng nenek dan menumpang bus  ke jurusan Salatiga.

Walau cerita di atas adalah sebuah program variety show untuk tontonan di salah satu acara televisi. Namun setidaknya tontonan yang dibuat Rumah Produksi Dreamlight itu bisa menjadi pengasah jiwa kita. Ternyata berdasarkan pengalaman para kru di lapangan, justru orang dari kalangan bawahlah yang ringan tangan membantu kepada orang yang membutuhkan. Mereka tanpa banyak pertimbangan langsung memberi bantuan. Kejadian itu sangat bertolak belakang dengan kalangan orang mampu dan kalangan atas yang kebanyakan selalu curiga dan individualistis. 

http://www.kickandy.com/theshow/1/1/2171/read/KETIKA-HATI-BICARA-

Sebuah teguran mengenai kemunafikan saya. Seringkali saya mengatakan ingin menjadi dokter yang penolong, yang selalu siap mendengarkan keluhan pasien, ingin berbuat banyak bagi orang banyak. Tetapi pada kenyataannya, ketika saya dililit rasa capek, mengasihani diri sendiri, akhirnya fokus kembali pada ego. 

Sungguh harus banyak belajar dari orang yang dianggap "kalangan bawah". 

Tidak ada komentar: