Laman

Selasa, 06 November 2012

Life Intersection

Persimpangan Kehidupan.

Mungkin dikenal juga sebagai dilema kehidupan. Saat kompas tak lagi membantu. Saat hati nurani berbicara. 

Saat menghadapi persimpangan, biasanya pilihan hanya ada : belok kiri, belok kanan, atau jalan lurus. Dalam persimpangan kehidupan tidak ada istilah mundur atau berhenti, karena  waktu pun tidak pernah berhenti. Bahkan saat saya berhenti mengetik untuk merangkai kata berikutnya, sang detik terus berjalan. 

Pilihan - pilihan bisa jadi sangat banyak, berkaitan dengan karir. Terus menapaki jenjang karir di tempat sekarang, yang mungkin sudah menjadi nyaman karena beradaptasi. Sedikit jalan lobang dan kerikil tidak masalah. Yang penting tancap gas, pantang mundur, walaupun bisa jadi menurut orang lain, pilihan kita adalah pilihan konyol untuk dipilih. 

Mungkin juga, banting setir belok ke kanan, mencari tempat lain untuk mendulang rejeki. Yang jelas, ketika melirik kesana kemari, tentu irama perjalanan menjadi lebih lambat. Dan, sekali lagi, no way back. Kesempatan tidak akan terulang lagi. Jadi begitu melihat persimpangan yang menarik, jangan ragu untuk berhenti dan ambil peluang.

Atau mungkin banting setir ke kiri, memutuskan melupakan apa yang menjadi tujuan sebenarnya, melihat hidup sebagai hal yang harus dinikmati dan menenggelamkan diri dengan pilihan - pilihan yang tampaknya menyenangkan, makan, minum, pesta pora, dan memanjakan diri sendiri.

Sebenarnya ada satu lagi pilihan, bagi saya pribadi, untuk memperlambat irama perjalanan, melihat Kompas Kehidupan, yaitu petunjuk Ilahi dari firman - Nya. Dan biasanya jalan kecil yang tidak menarik itu, merupakan pintu masuk menuju jalan besar dan sukacita surga. 

Hanya sayang sekali, seperti kebanyakan orang, saya pun bisa jadi putus harapan dalam perjalanan yang lambat menanti jarum kompas menunjukkan arah yang tepat.

*omongkosongsorehari*


Tidak ada komentar: