Laman

Minggu, 30 Januari 2011

SERUPA DENGAN KRISTUS

Minggu, 30 Januari 2011

Hari ini datang ke kantor jam 10.00. Datang segera disambut oleh pasien control dan pasien baru. Sebenarnya hal ini rutinitas biasa yang terjadi setiap harinya.

Tetapi hari ini ada yang berbeda. Seorang pasien, ibu dengan usia sekitar 50 th, sudah 2 bulan tidak tampak. Biasanya rajin perawatan. Saya terheran ketika melihatnya datang dengan topi wol di kepalanya. Sambil bertanya – tanya dalam hati, tumben tante ini tampak lebih modis.

“ Dok, boleh konsultasi dulu ?” tanyanya sambil memegang tas selempang kecil di bahunya. Tampak lebih kurus (walaupun sebenarnya tetap gemuk, sebelumnya lebih gemuk lagi).

“ O boleh, mari masuk ke ruangan,” jawab saya dengan senyum ramah (memang tugas saya untuk tetap pasang cengar cengir walaupun apapun yang terjadi di rumah).

“ ini lo, saya sedang kemoterapi, sudah yang ke-3 kalinya. Flek wajah saya jadi muncul. Enaknya perawatan apa ya dok ?”

Agak shock juga saya mendengarnya. “Kemoterapi ? Memangnya ada apa bu ?”

“ Saya operasi kandungan, diangkat, eh ternyata setelah diperiksa ada sel kankernya juga. Jadi sekalian di kemoterapi. Mungkin flek ini akibat kemoterapi ya dok ? Jadi tampak lebih hitam. Serasa jadi pusat perhatian.”

Beginilah wanita. Apalagi wanita karir yang terbiasa memiliki wajah bersih, ada bercak kehitaman di wajahnya membuatnya sudah tidak pede lagi.
“ Oke, ibu bisa melakukan perawatan masker herbal, nanti saya resepkan. Rambut rontok ya ?”
Dasar dokter usil, sudah jelas beliau pakai topi, masih ditanya juga. Tetapi ibu ini senyum sambil menjawab, “iya dok, rontok, mau habis, tapi kata dokter yang merawat saya nanti bisa tumbuh kok. Ini lagi malas pake wig aja.”

Saya mengantar pasien ini bertemu dengan terapis yang memegangnya sambil menyebutkan jenis perawatan yang harus dilakukan oleh ibu ini.


Saya berpikir, seorang wanita yang sehat, energik, masih aktif bekerja, terkena kanker ovarium. Teringat pula mama saya, yang walaupun bukan orang yang memiliki kesehatan prima, sekarang terbaring lemah dan perlu dibantu untuk semua aktivitasnya. Hidup itu tidak mudah, bahkan sudah pasti bahwa hidup tidak pernah semulus keinginan kita. Saya diingatkan satu hal, bahwa semua yang terjadi dalam hidup manusia, diijinkan Tuhan untuk membentuk karakter kita menjadi serupa dengan Kristus.

Serupa dengan Kristus.

Hal yang sangat mudah diucapkan tetapi paling sulit dilakukan. Kenyataannya, kita manusia memiliki ego sendiri. Kecenderungan untuk menjadi tuan atas dirinya sendiri. Mengatur dirinya sendiri menurut keinginan dagingnya.

Saya saat ini sedang mempergumulkan tentang pekerjaan saya dan suami. Kami tidak ingin terus tinggal di Kediri, sebuah kota di Jawa Timur, pusat pabrik rokok berskala nasional.
Beberapa kali berdiskusi dengan suami, saya tidak menemukan titik temu tentang yang harus kami lakukan saat ini. Bekerjasamakah dengan saudara ? Kerja sendiri ? Modal darimana ? Mulai di bidang apa ? Bagaimana dengan anak kami yang masih 19 bulan ?

Sampai pada suatu titik, saya ingin menyerah. Mungkin kalau saya hidup sendiri, tidak mengalami kesulitan seperti ini. Melamar pekerjaan, bila diterima, bekerja, beres sudah. Tidak perlu pertimbangan orang lain, pindah kota tinggal cari kontrakan atau kost. Tapi hidup tidak se simple itu.

Tapi pagi ini diingatkan, bahwa semua ini diijinkan Tuhan terjadi agar saya semakin serupa dengan Kristus. Mencari kehendak – Nya, bersikap seperti yang diteladani Yesus. Tidak mudah, bahkan saya belum lulus dari ujian level ini. Tapi seperti saat masih kuliah dulu, selalu usahakan  yang terbaik, tidak peduli bagaimana hasilnya.

Chen.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

ahh iya...

tunggu tag-anku di note fb yg berikutnya ya Cik...ni lagi meh tak tulis...hehehe.... **cuma aku kok ga kepikir untuk bikin blog yak? susah tak?**