Laman

Kamis, 21 April 2011

Fenomena Briptu Norman Kamaru


Mencermati Briptu Norman Kamaru yang akhir - akhir ini jadi terkenal karena goyang "chaiya chaiya"nya, saya tertarik untuk menuliskannya dari sisi kacamata saya.

Sewaktu saya kecil, kadang orang tua memakai senjata, kalau nakal, akan dilaporkan ke polisi (saya tidak takut sama dokter waktu kecil, he..he..). Saya tumbuh dengan image polisi = penangkap penjahat = seram, tidak ramah, dan (mohon maaf sebelumnya) bisa dinego kalau sampai kena tilang...

Tetapi saat sudah mulai bekerja, saya sering juga berhadapan dengan polisi saat mereka mengantarkan korban kecelakaan di IRD, dan image polisi = tidak ramah mulai bergeser menjadi lebih baik. Tetapi saya sama sekali tidak pernah berpikir polisi yang menurut saya "kocak" seperti Norman Kamaru. Ternyata polisi di balik seragamnya, juga manusia biasa yang memiliki hobby dan bakat tersendiri.

Mengapa Norman Kamaru begitu melejit dan tiba - tiba menjadi idola, semua stasiun televisi menayangkannya ? Mungkin saat ini kita benar - benar sudah letih dengan image serius dari polisi. Kita mengharapkan polisi yang lebih merakyat, tetapi tentu saja, tidak perlu diekspos berlebihan seperti halnya idola dadakan. 

Citra dari sebuah profesi sungguh bergantung pada orang yang menghidupinya. Seorang dokter diidentikkan dengan jarum suntik (padahal dokter sendiri tidak banyak pegang jarum suntik lho). Polisi diidentikkan dengan wajah seram dan pistol. Pemuka agama identik dengan kehidupan yang saleh, sabar dan tidak bercacat.

Saat ini setiap kita tentu sedang menghidupi profesi kita masing - masing. Saya sebagai seorang dokter, ingin citra sebagai penolong ada dalam diri saya. Meskipun kadang berat, kadang tidak mood juga kalau pasiennya tidak paham dengan penjelasan kita, ataupun tantangan di dunia luar yang menilai negatif profesi dokter (isu malpraktek yang sebenarnya bukan malpraktek), serta tantangan di dalam dunia kedokteran sendiri. 

Suatu hari saya ingin dikenal sebagai seorang dokter yang ringan tangan menolong orang yang sakit, tidak dibatasi oleh harga obat - obatan yang mahal, serta memiliki pengetahuan yang benar dalam ilmu kedokteran.
(saya tidak bisa menari chaiya  chaiya seperti anak saya....)

*dreaming*

Tidak ada komentar: